NASA Beli Sampel Bulan dari Swasta, Dihargai Rp 353,6 Juta

Sana telah mendapatkan hak atas sampel bula yang misinya akan dilakukan empat perusahaan swasta.

Agung Pratnyawan

Posted: Jum'at, 04 Desember 2020 | 15:00 WIB
Ilustrasi Supermoon atau Bulan Purnama. (Pixabay)

Ilustrasi Supermoon atau Bulan Purnama. (Pixabay)

Hitekno.com - Badan atariksa Amerika Serikat, NASA menggandeng perusahaan swasta dalam berbagai misi luar angkasa. Termasuk dalam pengadaan sampel Bulan untuk penelitian.

Bahkan NASA telah membeli hak atas empat kumpulan sampel Bulan dari empat perusahaan yang melakukan misi di masa depan.

Dengan kerja sama ini, NASA membeli sampel Bulan tersebut dengan harga hanya 25.001 dolar AS atau sekitar Rp 353,6 juta.

Baca Juga: Kumpulkan Batuan Bulan, Misi Luar Angkasa China Siap Mendarat di Bulan

Badan antariksa tersebut menandatangani kesepakatan dengan empat perusahaan yang akan mengumpulkan batu dan tanah Bulan, dalam beberapa tahun ke depan dan memberikan sampel itu ke NASA. 

Kontrak tersebut dirancang untuk membuat roda berputar pada ekstraksi, penjualan, dan penggunaan sumber daya di luar Bumi.

"Kami pikir sangat penting untuk menetapkan preseden bahwa entitas sektor swasta dapat mengekstraksi, dapat mengambil sumber daya ini, dan NASA dapat membeli serta memanfaatkannya untuk mendorong era dinamis baru dari pengembangan publik dan swasta dalam eksplorasi Bulan," ucap Mike Gold administrator asosiasi pelaksana NASA untuk hubungan internasional dan antarlembaga.

Baca Juga: Terakhir di Tahun 2020, Berikut 3 Fakta Unik Gerhana Bulan Malam Ini

Empat perusahaan yang terlibat tersebut mencakup Masten Space Systems of Mojave, ispace Europe of Luxembourg, ispace Japan of Tokyo, dan Lunar Outpost yang berbasis di Colorado dengan masing-masing pemberian kontrak 15.000 dolar AS, 5.000 dolar AS, 5.000 dolar AS, dan 1 dolar AS.

Ilustrasi kantor NASA. [Jahsie Ault/Unsplash]
Ilustrasi kantor NASA. [Jahsie Ault/Unsplash]

Dilansir dari Space.com, Jumat (4/12/2020), pendanaan yang diberikan sangat rendah karena NASA hanya membayar untuk sampel yang dikumpulkan, tanpa membayar tagihan untuk biaya pengembangan perusahaan mana pun.

Masten, ispace Europe, dan Lunar Outpost berencana mengumpulkan sampel dari wilayah kutub selatan Bulan, di mana ketiga perusahaan tersebut bertujuan mendarat pada 2023.

Baca Juga: Kumpulkan Sampel Bulan, China Luncurkan Misi Chang'e 5

Sementara itu, ispace Jepang akan mengumpulkan sampel dari Lacus Somniorum, sebuah situs di sisi timur laut dekat Bulan pada pendaratan yang direncanakan pada 2022.

Setiap set sampel yang diambil akan memiliki berat antara 50 hingga 500 gram. Keempat perusahaan tersebut juga akan memberikan citra sampel serta data yang mengidentifikasi di mana sampel tersebut dikumpulkan.

"Setelah menerima citra dan data seperti itu, transfer kepemilikan regolith Bulan ke NASA akan dilakukan. Setelah transfer kepemilikan, materi yang dikumpulkan menjadi satu-satunya milik NASA untuk digunakan oleh agen di bawah program Artemis," tulis pejabat agensi dalam sebuah pernyataan.

Baca Juga: Kapan Gerhana Bulan Terakhir 2020 Terjadi? Jangan Sampai Terlewatkan

Artemis merupakan program ambisius NASA untuk eksplorasi Bulan berawak, yang bertujuan mendaratkan dua astronot di dekat kutub selatan pada 2024 dan membangun keberadaan manusia, yang berkelanjutan dan berjangka panjang di sekitar Bulan pada 2028.

Itula langkah nasa dalam membli sampel Bulan dari perusahaan swasta, bukan hanya berangkat mengambil sendiri. (Suara.com/ Dythia Novianty).

Berita Terkait
Berita Terkini

Tidak hanya direncanakan sebagai objek wisata, air dari Sendang Tirto Wiguno juga akan diolah menjadi air minum bagi war...

sains | 20:58 WIB

Keputih, yang dulunya menjadi tempat pembuangan akhir (TPA) Kota Surabaya, kini telah bertransformasi menjadi kampung la...

sains | 20:50 WIB

Program Kampung Berseri Astra (KBA) telah menjadi harapan baru bagi warga di kawasan 13 Ulu....

sains | 20:42 WIB

Setaman adalah nama singkatan dari Sehat Perkata dan Nayaman....

sains | 16:31 WIB

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB