Matahari Buatan China Sukses Dinyalakan, Jadi Sumber Energi Baru

Saking panasnya, reaktor nuklir ini dinamakan Matahari Buatan China.

Agung Pratnyawan

Posted: Senin, 07 Desember 2020 | 15:59 WIB
HL-2M Tokamak reaktor nuklir matahari buatan China. (researchgate)

HL-2M Tokamak reaktor nuklir matahari buatan China. (researchgate)

Hitekno.com - Reaktor fusi nuklir HL-2M Tokamak telah berhasil dinyalakan dan bisa menjadi sumber energi dalam jumlah besar di Tiongkok. Saking tingginya panas yang dihasilkan, sampai disebut matahari buatan China.

Disebutkan kalau matahari buatan China ini bisa jadi sumber energi dalam jumlah besar namun tetap ramah lingkungan.

Diwartakan Suara.com, beberapa media lokal China melaporkan pada Jumat (4/12/2020) kalau reaktor nuklir buatan China ini telah bisa dinyalakan dan akan beroperasi.

Baca Juga: Matahari Buatan China Berhasil Menyala, Sumber Energi Ramah Lingkungan

Keberhasilan ini dinilai sebagai indikator bahwa kemampuan riset nuklir China telah sangat berkembang dan bersaing dengan negara-negara maju lainnya.

Reaktor HL-2M Tokamak adalah perangkat fusi nuklir terbesar dan paling canggih yang dikembangkan oleh para ilmuwan China. Perangkat itu diharapkan bisa menjadi sumber energi ramah lingkungan di masa depan.

Menurut People's Daily, surat kabar milik Partai Komunis China, reaktor HL-2M Tokamak memanfaatkan medan magnetik yang sangat kuat untuk meleburkan plasma panas yang bisa mencapai suhu di atas 150 juta derajat Celcius atau 10 kali lebih panas dari inti Matahari.

Baca Juga: Tak Lama Lagi, China akan Bawa Sampel Bulan ke Bumi

Berlokasi di Provinsi Sichuan dan rampung dibangun akhir 2019 kemarin, reaktor nuklir yang dijuluki matahari buatan China karena tingginya suhu serta besarnya energi yang dihasilkannya.

HL-2M Tokamak reaktor nuklir matahari buatan China. (Global Times/ China Atomic Energy Authority)
HL-2M Tokamak reaktor nuklir matahari buatan China. (Global Times/ China Atomic Energy Authority)

"Pengembangan energi fusi nuklir bukan satu-satunya cara untuk menjawab kebutuhan energi strategis China, tetapi juga penting untuk pembangunan energi serta ekonomi nasional yang berkelanjutan," jelas People's Daily.

Adapun para ilmuwan China telah mulai mengembangkan reaktor fusi nuklir berukuran kecil sejak 2006. Fusi nuklir sendiri dianggap sebagai puncak dari pengembangan energi, karena meniru cara Matahari menghasilkan energi.

Baca Juga: Kumpulkan Batuan Bulan, Misi Luar Angkasa China Siap Mendarat di Bulan

Dalam proses fusi, nukleus atom dilebur untuk menghasilkan energi yang sangat besar. Kebalikannya adalah proses fisi nuklir yang digunakan dalam pembuatan senjata atau bom atom, pembangkit listrik tenaga nuklir.

Berbeda dari proses fisi, dalam fusi nuklir tak ada emisi gas rumah kaca yang dihasilkan. Risiko juga lebih rendah dan peluang pencurian material atom juga sangat kecil kemungkinannya.

Tetapi di sisi lain, proses fusi memakan biaya sangat besar. Biaya untuk membangun reaktor fusi China ini, yang dijuluki matahari buatan, tidak diketahui pasti.

Baca Juga: Kumpulkan Sampel Bulan, China Luncurkan Misi Chang'e 5

Tetapi proyek serupa yang dikerjakan bersama-sama oleh Uni Eropa, China, India, Jepang, Rusia, Korea Selatan, dan Amerika Serikat menelan biaya hingga 22,5 miliar dolar AS atau sekitar Rp 318 triliun. Proyek reaktor fusi nuklir internasional ini bernama International Thermonuclear Experimental Reactor atau ITER.

Itulah kabar terbaru dari matahari buatan China alias reaktor nuklir yang digunakan sebagai sumber energi ramah lingkungan. (Suara.com/ Liberty Jemadu).

Berita Terkait
Berita Terkini

Tidak hanya direncanakan sebagai objek wisata, air dari Sendang Tirto Wiguno juga akan diolah menjadi air minum bagi war...

sains | 20:58 WIB

Keputih, yang dulunya menjadi tempat pembuangan akhir (TPA) Kota Surabaya, kini telah bertransformasi menjadi kampung la...

sains | 20:50 WIB

Program Kampung Berseri Astra (KBA) telah menjadi harapan baru bagi warga di kawasan 13 Ulu....

sains | 20:42 WIB

Setaman adalah nama singkatan dari Sehat Perkata dan Nayaman....

sains | 16:31 WIB

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB