Ilmuwan Temukan Fosil Nenek Moyang Bintang Laut Berusia 480 Juta Tahun

Spesies ini diberi nama Cantabrigiaster fezouataensis ini berbentuk seperti bintang.

Dinar Surya Oktarini

Posted: Senin, 25 Januari 2021 | 21:15 WIB
Ilustrasi bintang laut. ( Unsplash/ Florian Berger)

Ilustrasi bintang laut. ( Unsplash/ Florian Berger)

Hitekno.com - Fosil berbentuk aneh berusia 480 juta ditemukan para ilmuwan yang diyakini sebagai nenek moyang bintang laut

Fosil tersebut ditemukan di gurun Maroko lebih dari 17 tahun yang lalu, tetapi identitas dan sejarah evolusinya baru saat ini dideskripsikan secara resmi. Penelitian ini diterbitkan di jurnal Biology Letters pada 20 Januari.

Spesies baru yang diberi nama Cantabrigiaster fezouataensis ini berbentuk seperti bintang, tetapi tidak memiliki ciri pembeda lainnya yang terlihat pada salah satu dari dua hewan mirip bintang laut, yang hidup saat ini, yaitu bintang laut dan bintang ular.

Baca Juga: Awalnya Dikira Daging Sapi Sampai Semangat Ngantre, Malah Ini yang Didapat

Dikarenakan spesies baru tersebut tidak memiliki ciri-ciri lengan panjang tipis seperti milik bintang ular dan pelat baja tebal seperti bintang laut, para peneliti menyimpulkan bahwa itu adalah nenek moyang keduanya.

Nenek moyang bintang laut. [The Royal Society Publishing]
Nenek moyang bintang laut. [The Royal Society Publishing]

"Kami telah menemukan dengan tepat bagaimana hewan pertama yang mirip bintang laut muncul dan kemudian bagaimana ia berevolusi menjadi dua hewan yang hidup saat ini," kata Aaron Hunter, paleontolog di departemen Ilmu Bumi Universitas Cambridge, seperti dikutip dari Live Science, Senin (25/1/2021).

Cantabrigiaster fezouataensis hidup di superkontinen kuno Gondwana, sebuah daratan besar yang berisi bagian dari benua selatan saat ini.

Baca Juga: Klasemen PMGC 2020 Day 2, Bigetron Red Aliens Bikin Kejutan Besar

Spesies itu hidup selama Periode Ordovisium awal, sekitar 485,4 juta hingga 460 juta tahun lalu, di tempat yang dulunya merupakan terumbu air dingin purba, dikelilingi oleh sebagian besar spesies asing yang disebut anomalocaridids.

Untuk saat ini, para ilmuwan tidak yakin apa yang dimakan Cantabrigiaster fezouataensis. Bukti rahang menunjukkan bahwa spesies itu mungkin tidak sama seperti anomalocaridids dari periode yang sama dan beberapa bintang ular saat ini.

Para ahli membandingkan ciri-ciri spesies baru ini dengan ciri-ciri hewan hidup saat ini dan ciri-ciri yang telah diidentifikasi dalam catatan fosil.

Baca Juga: Lacak Penculikan Seorang Wanita, Polisi Andalkan Riwayat Apple Watch

Tim ilmuwan menggunakan biologi dan algoritma matematis untuk menempatkan nenek moyang bintang laut kuno ini di pohon keluarga.

Bintang laut dan bintang ular adalah dua dari lima kelompok hidup yang bersama-sama membentuk filum yang lebih besar, yang disebut echinodermata.

Tiga lainnya adalah kelompok bulu babi, teripang, dan Crinoidea (bunga lili laut). Cantabrigiaster fezouataensis memiliki struktur lengan yang mirip dengan lili laut zaman modern.

Baca Juga: Ditemukan Fosil Hiu Langka Terbesar, Giginya Jadi Sorotan Ilmuwan

Dengan kata lain, bunga lili laut dapat ditelusuri garis keturunannya hingga ke spesies nenek moyang purba ini.

Ilustrasi bulu babi. (PixabayAlexSky)
Ilustrasi bulu babi. (PixabayAlexSky)

Namun, masih diperlukan penelitian lebih lanjut, terutama pada hewan dari periode akhir Kambrium (497 juta hingga 485,4 juta tahun yang lalu), untuk mengisi celah antara echinodermata paling awal dan kelima kelompok yang dilihat saat ini.(Suara.com/Lintang Siltya Utami)

Berita Terkait
Berita Terkini

Tidak hanya direncanakan sebagai objek wisata, air dari Sendang Tirto Wiguno juga akan diolah menjadi air minum bagi war...

sains | 20:58 WIB

Keputih, yang dulunya menjadi tempat pembuangan akhir (TPA) Kota Surabaya, kini telah bertransformasi menjadi kampung la...

sains | 20:50 WIB

Program Kampung Berseri Astra (KBA) telah menjadi harapan baru bagi warga di kawasan 13 Ulu....

sains | 20:42 WIB

Setaman adalah nama singkatan dari Sehat Perkata dan Nayaman....

sains | 16:31 WIB

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB