Ditemukan Meteorit Seberat 14 KG, Mengandung Mineral yang Tak Ada di Bumi

Meteorit itu pernah menjadi bagian dari batuan luar angkasa yang lebih besar, mungkin beratnya lebih dari 8,1 metrik ton.

Agung Pratnyawan

Posted: Sabtu, 27 Februari 2021 | 09:30 WIB
Ilustrasi meteor yang menuju atmosfer Bumi. (Pixabay/ A Owen)

Ilustrasi meteor yang menuju atmosfer Bumi. (Pixabay/ A Owen)

Hitekno.com - Ditemukan meteorit yang mengandung mineral langka, bahkan diklaim tidak ditemukan di Bumi. Seperti apa batuan luar angkasa ini?

Meteoit ini jatuh di Swedia pada November 2020 silam, dan telah ditemukan di Uppsala. Batuan ini ternyata ditemukan dalam bentuk gumpalan kaya besi.

Menurut Museum Sejarah Alam Swedia, gumpalan meteorit itu seukuran sepotong roti namun memiliki berat sekitar 14 kilogram.

Baca Juga: LAPAN: Hujan Meteor Quadrantid Dini Hari Nanti Bisa Dilihat dari Indonesia

Meteorit itu pernah menjadi bagian dari batuan luar angkasa yang lebih besar, mungkin beratnya lebih dari 8,1 metrik ton.

Setelah benturan terjadi pada 7 November lalu, para ilmuwan di Museum Sejarah Alam Swedia, menghitung kemungkinan lokasi pendaratan dan menemukan beberapa pecahan kecil meteorit besi di dekat desa Adalen.

Penemuan meteorit di Swedia. [Swedish Museum of Natural History]
Penemuan meteorit di Swedia. [Swedish Museum of Natural History]

Fragmen tersebut panjangnya hanya sekitar 0,1 inci, tetapi penyelidikan juga menemukan sebuah batu besar dan akar pohon yang jelas-jelas terkena sesuatu yang berat.

Baca Juga: Tak Terduga, Ilmuwan Temukan Kristal dalam Meteorit Mars

Tak menyerah, Andreas Forsberg dan Anders Zetterqvist, ahli geologi Stockholm, kembali ke situs tersebut dan menemukan bagian yang jauh lebih besar.

Potongan itu berada sekitar 70 meter dari area di mana pecahan itu ditemukan dan sebagian terkubur dalam lumut. Salah satu sisinya rata dan retak, kemungkinan besar akibat tabrakan.

Tak hanya itu, meteorit tersebut juga ditandai dengan cekungan melingkar. Menurut museum, hal ini biasa terjadi pada meteorit besi dan terbentuk ketika batuan luar angkasa sebagian meleleh saat melewati atmosfer

Baca Juga: Atap Rumah Bolong Tertimpa Meteorit, Pria Ini Mendadak Kaya Raya

"Itu adalah contoh pasti pertama dari meteorit besi yang baru jatuh di negara kami. Ini juga pertama kalinya fragmen meteorit yang terkait dengan bola api yang diamati ditemukan di Swedia selama 66 tahun," kata Dan Holtstam, kurator Museum Sejarah Alam Swedia, seperti dikutip dari Live Science, Kamis (25/2/2021).

Penemuan meteorit di Swedia. [Swedish Museum of Natural History]
Penemuan meteorit di Swedia. [Swedish Museum of Natural History]

Menurut para ahli, dikarenakan meteorit kaya akan besi maka sangat mungkin untuk menyempurnakan simulasi jatuhnya meteorit.

Meteorit besi adalah jenis meteorit paling umum kedua yang mendarat di Bumi, setelah meteorit berbatu. Itu berasal dari inti planet dan asteroid. Dengan kata lain, meteorit besi dapat menyimpan petunjuk pembentukan tata surya.

Baca Juga: Ilmuwan Temukan Meteorit di Gurun Sahara, Jadi Bukti Ada Air di Mars

Beberapa meteorit kaya besi telah ditemukan mengandung mineral yang tidak tersedia di Bumi. Jenis meteorit lainnya mengandung senyawa organik yang kompleks, kemungkinan mengisyaratkan bagaimana bahan penyusun kehidupan awalnya mendarat di Bumi.

Itulah penemuan meteorit seberat 14 kilogram di Swedia yang ternyata mengandung mineral langka. (Suara.com/ Lintang Siltya Utami).

Berita Terkait
Berita Terkini

Tidak hanya direncanakan sebagai objek wisata, air dari Sendang Tirto Wiguno juga akan diolah menjadi air minum bagi war...

sains | 20:58 WIB

Keputih, yang dulunya menjadi tempat pembuangan akhir (TPA) Kota Surabaya, kini telah bertransformasi menjadi kampung la...

sains | 20:50 WIB

Program Kampung Berseri Astra (KBA) telah menjadi harapan baru bagi warga di kawasan 13 Ulu....

sains | 20:42 WIB

Setaman adalah nama singkatan dari Sehat Perkata dan Nayaman....

sains | 16:31 WIB

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB