NASA Ingin Kirim Astronot Perempuan Pertama ke Bulan, Ini Alasannya

Melalui misi Artemis, NASA ingin kirimkan astronot perempuan pertama ke Bulan.

Agung Pratnyawan

Posted: Rabu, 14 April 2021 | 13:30 WIB
Ilustrasi Supermoon atau Bulan Purnama. (Pixabay)

Ilustrasi Supermoon atau Bulan Purnama. (Pixabay)

Hitekno.com - Badan antariksa Amerika Serikat, NASA tengah merencanakan misi penjelajahan astronot ke Bulan melalui misi Artemis. Menariknya, yang dikirimkan adalah astronot perempuan pertama ke sana.

Ternyata NASA punya alasan tersendiri untuk rencana pengiriman astronot perempuan pertama ke Bulan dalam misi Artemis.

Pada Senin (12/4/2021), menandai ulang tahun ke-60 penerbangan antariksa manusia atau 60 tahun sejak pilot dan kosmonot Soviet Yuri Gagarin, menjadi manusia pertama yang pergi ke luar angkasa pada 12 April 1961.

Baca Juga: NASA Cari Ide Makanan Astronot di Mars, Berhadiah Rp 7,2 Miliar

Menyusul momen bersejarah ini, NASA ingin melakukan hal serupa dengan mendaratkan manusia pertama di Bulan.

Sepanjang program Apollo NASA, 12 astronot yang dikirim ke permukaan Bulan hanya memiliki satu kesamaan, yaitu semuanya adalah lelaki.

Dalam dekade pertama NASA, profil untuk menjadi astronot sangat kaku. Sebagian besar astronot adalah pilot uji coba berusia 30 tahunan dan semuanya adalah lelaki kulit putih.

Baca Juga: Tak Hanya AS dengan NASA, Turki Juga Siapkan Misi Kirim Astronot ke Bulan

Sejak saat itu, perlahan definisi tentang astronot mulai berkembang dan profil menjadi astronot telah berevolusi. Sekarang, dengan program Artemis, NASA bertujuan untuk mengembalikan manusia ke permukaan Bulan dan kali ini termasuk perempuan.

Misi Artemis 1 milik NASA. (NASA)
Misi Artemis 1 milik NASA. (NASA)

Menurut Peggy Whitson, pensiunan astronot NASA dan kepala nonmiliter perempuan pertama dari Astronaut Office NASA, mengatakan bahwa badan antariksa saat ini mencoba mempromosikan minat dalam penerbangan ke Bulan.

"Kami sadar bahwa terakhir kali kami pergi ke bulan, pada tahun 60-an, semuanya adalah lelaki. Jadi kami memperbaiki kesalahan masa lalu. Saya pikir itu untuk menunjukkan sikap positif tanpa memandang latar belakang, gender, dan perbedaan lain," kata Whitson.

Baca Juga: Astronot Berhasil Tanam Sayuran di Luar Angkasa, dari Kangung hingga Sawi

Tonggak bersejarah mengenai perempuan sebelumnya juga telah diciptakan NASA pada 2019 dengan mengirim astronot NASA Christina Koch dan Jessica Meir, yang melakukan perjalanan antariksa khusus perempuan pertama di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).

Karena itu, dalam memilih astronot untuk mendarat di Bulan dalam program Artemis, tidak hewan jika salah satunya adalah seorang perempuan.

"Perempuan-perempuan ini memenuhi syarat," tambah Whitson, seperti dikutip dari Space.com, Selasa (13/4/2021).

Baca Juga: Astronot Apollo 11 Buzz Aldrin Dapat Vaksin Covid-19 di Umur 90 Tahun

Menurut Vanessa Wyche, wakil direktur Johnson Space Center NASA di Houston, mengatakan bahwa saat ini perempuan mewakili porsi kontribusi yang signifikan dari semua aspek tenaga kerja NASA, baik dari pertimbangan kemampuan misi dan keragaman tenaga kerja.

"Dua kelas astronot terakhir yang dipilih juga mencakup persentase perempuan tertinggi dalam sejarah, 50 persen untuk kelas tahun 2013 dan 45 persen untuk kelas 2017," ucap Wyche.

Christina Koch, Astronot Perempuan NASA. (NASA)
Christina Koch, Astronot Perempuan NASA. (NASA)

Wyche juga berharap saat NASA meningkatkan keragaman korps astronot di Generasi Artemis, perempuan pertama yang mendarat di permukaan Bulan dapat menginspirasi perempuan-perempuan lain di seluruh dunia.

Itulah rencana NASA untuk mengirimkan astronot perempuan pertama ke Bulan dalam misi Artemis. (Suara.com/ Lintang Siltya Utami).

Berita Terkait
Berita Terkini

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB