Terungkap Misteri Buaya Bertanduk Punah, Terpecahkan Setelah 150 Tahun

Butuh 150 tahun untuk memecahkan misteri buaya bertanduk ini.

Agung Pratnyawan

Posted: Senin, 03 Mei 2021 | 10:45 WIB
Ilustrasi buaya langka Gharial. (Pixabay/ Bishnu Sarangi)

Ilustrasi buaya langka Gharial. (Pixabay/ Bishnu Sarangi)

Hitekno.com - Misteri buaya bertanduk yang telah punya menjadi bahan penelitian para ilmuwan, hingga akhirnya kini terungkap mengenai reptil tersebut.

Setelah 150 tahun menjadi misteri, akhirnya ilmuwan bisa memecahkan misteri buaya bertanduk tersebut.

Buaya bertanduk yang punah (Voay robustus) merupakan hewan endemik Madagaskar sejak 9.000 tahun lalu dan hidup 1.300 hingga 1.400 tahun lalu.

Baca Juga: Santuy Banget, Cara Petugas Kebun Binatang Beri Makan Buaya Bikin Deg-degan

Menurut catatan, buaya ini pertama kali ditemukan pada 1872. Binatang ini dinamai sesuai dengan tanduk khas yang ditemukan di tengkoraknya.

Sejak penemuannya, buaya ini diklasifikasikan dalam beberapa famili yang berbeda, disalahartikan sebagai spesies lain, dan bahkan diberi beberapa nama berbeda, tanpa asal usul evolusioner yang jelas.

Dalam studi baru, para peneliti dari American Museum of Natural History (AMNH) di New York City, menggunakan analisis DNA untuk menjelaskan reptil misterius ini dan menentukan apakah hewan ini termasuk dalam kelompok yang unik.

Baca Juga: Lihat Buaya Disikat Seperti Ini, Netizen: Siap Keluar Gombali Mangsa

"DNA mereka akan memberitahu kita tentang kisah mereka," kata Evon Hekkala, rekan AMNH di Fordham University, dikutip dari Live Science, Minggu (2/5/2021).

Buaya bertanduk. [Amnh]
Buaya bertanduk. [Amnh]

Buaya bertanduk tidak memiliki tubuh yang besar, tetapi tengkorak hewan tersebut menunjukkan bahwa buaya itu adalah hewan yang kuat.

"Kami tidak menemukan kerangka lengkap, tetapi hewan ini tidak terlalu panjang. Berdasarkan ukuran tengkoraknya, ukuran keseluruhannya mungkin mirip dengan buaya Nil (Crocodylus niloticus)," tambah Hekkala.

Baca Juga: Ditemukan Fosil Buaya Raksasa, Berukuran Sampai 5 Meter

Para ahli mengatakan, kemungkinan hewan tersebut punah dikarenakan kedatangan buaya Nil atau kehadiran pertama manusia di Madagaskar hingga 2.500 tahun lalu. Namun, perubahan iklim alami juga mungkin berperan.

Catatan fosil yang terbatas dan sejarah ekologi Madagaskar yang tidak lengkap, menjadi penyebab mengapa para ahli butuh 150 tahun untuk menganalisis buaya bertanduk dan menempatkannya dalam kelompok evolusinya sendiri.

Ketika buaya bertanduk pertama kali ditemukan, para ilmuwan mengklasifikasikannya sebagai buaya asli dan diberi nama Crocodylus robustus.

Baca Juga: Heboh Buaya Besar Jadi Tontonan Warga, Netizen: Itu Bukan Boneka Om

Kebingungan atas spesies ini terjadi pada tahun 1910 ketika ilustrasi populer tentang bagaimana rupa buaya bertanduk dirilis dalam sebuah artikel ilmiah.

Sayangnya, gambar itu sebenarnya menggambarkan buaya Nil zaman modern, tetapi itu justru memperkuat teori bahwa buaya bertanduk adalah buaya asli. Beberapa orang bahkan berpendapat bahwa buaya bertanduk mungkin nenek moyang buaya Nil.

Penemuan buaya bertanduk. [Nature.com]
Penemuan buaya bertanduk. [Nature.com]

Topik ini tetap menjadi perdebatan umum hingga 2007, ketika para peneliti menganalisis tengkorak fosil buaya bertanduk untuk mengungkapkan perbedaan fisiologisnya.

Buaya bertanduk tersebut juga diberi nama genus baru yaitu Voay yang berarti "buaya" dalam bahasa Malagasi.

Itulah misteri buaya bertanduk yang berhasil dipecahkan ilmuwan setelah 150 tahun lamanya. (Suara.com/ Lintang Siltya Utami).

Berita Terkait
Berita Terkini

Tidak hanya direncanakan sebagai objek wisata, air dari Sendang Tirto Wiguno juga akan diolah menjadi air minum bagi war...

sains | 20:58 WIB

Keputih, yang dulunya menjadi tempat pembuangan akhir (TPA) Kota Surabaya, kini telah bertransformasi menjadi kampung la...

sains | 20:50 WIB

Program Kampung Berseri Astra (KBA) telah menjadi harapan baru bagi warga di kawasan 13 Ulu....

sains | 20:42 WIB

Setaman adalah nama singkatan dari Sehat Perkata dan Nayaman....

sains | 16:31 WIB

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB