Fakta Menarik Titanoboa, Ular Raksasa dengan Panjang Belasan Meter

Titanoboa pernah menguasai hutan tropis Amerika Selatan puluhan juta tahun lalu.

Rezza Dwi Rachmanta

Posted: Rabu, 02 Juni 2021 | 20:00 WIB
Replika patung Titanoboa. (YouTube/ Uniorte Kolombia)

Replika patung Titanoboa. (YouTube/ Uniorte Kolombia)

Hitekno.com - Jauh di dalam daerah hutan tropis Amerika Selatan, dulu pernah hidup spesies ular dengan ukuran tubuh raksasa. Tak seperti ular di zaman modern, Titanoboa mampu mencapai panjang belasan meter dengan berat lebih dari satu ton.

Titanoboa merupakan sebuah genus ular yang telah punah dan pernah menjadi "penguasa" rawa sekitar Amerika Selatan.

Mereka pernah hidup sekitar 58 hingga 60 juta tahun yang lalu, periode Paleosen Tengah hingga Akhir, 10 juta tahun setelah peristiwa kepunahan dinosaurus.

Baca Juga: Gali Lubang Laut Terdalam di Dunia, Ilmuwan Temukan Hal Ini

Dikutip dari Wikipedia, satu-satunya spesies yang diketahui adalah Titanoboa cerrejonensis, ular terbesar yang pernah ditemukan. Ukuran tubuh Titanoboa mampu menggantikan pemegang rekor sebelumnya, Gigantophis.

Mereka dikenal sebagai ular terbesar di dunia yang pernah tercatat dalam penelitian ilmuwan. Menurut catatan dari Florida Museum bersumber dalam sebuah jurnal di Nature, Titanoboa mampu memakan kura-kura raksasa dan beberapa buaya purba.

Ilustrasi Titanoboa. (Florida Museum/ Jason Bourque)
Ilustrasi Titanoboa. (Florida Museum/ Jason Bourque)

Hal tersebut diketahui ketika ilmuwan menemukan banyak kerangka kura-kura raksasa dan kerabat buaya kuno yang kemungkinan dimakan oleh Titanoboa.

Baca Juga: Jadi Sisa Kehidupan Mula-mula, Ilmuwan Temukan Fosil Tertua di Bumi

Seorang ahli paleontologi vertebrata Florida Museum, Jonathan Bloch menyebutkan bahwa ular tersebut diperkirakan mampu tumbuh sepanjang 42 hingga 45 kaki (12,8 hingga 13,7 meter).

Spesies Titanoboa cerrejonensis diketahui tumbuh mencapai 12,8 meter dengan berat 1.135 kilogram. Ilmuwan pernah membandingkan ukuran tulang antara anakonda dan Titanoboa, namun spesies ular modern kalah telak.

Ilustrasi Titanoboa. (Pinterest)
Ilustrasi Titanoboa. (Pinterest)

Para peneliti memperkirakan bahwa Titanoboa kemungkinan tumbuh sepanjang 45 kaki (13,7 meter). Sementara anakonda yang dibandingkan ilmuwan (tertera pada gambar) berukuran panjang 17 kaki (5,2 meter) yang relatif pendek.

Baca Juga: Ilmuwan Temukan Spesies Baru, Fosil Ular Piton Tertua di Dunia

Bahkan ruas tulang belakang anakonda nampak sangat kecil jika dibandingkan tulang belakang milik Titanoboa.

Menurut Bloch, dimensi raksasa ular itu adalah tanda bahwa suhu di sepanjang khatulistiwa dulunya jauh lebih tinggi.

Ilmuwan membandingkan ruas vertebra dari Titanoboa vs anakonda. (Florida Museum/ Jeff Gage)
Ilmuwan membandingkan ruas vertebra dari Titanoboa vs anakonda. (Florida Museum/ Jeff Gage)

"Jika Anda melihat hewan berdarah dingin dan penyebarannya di planet saat ini, yang besar berada di daerah tropis, tempat terpanas, dan semakin kecil semakin jauh dari khatulistiwa. Berdasarkan ukuran ular, tim mampu menghitung suhu tahunan rata-rata di khatulistiwa Amerika Selatan 60 juta tahun yang lalu sekitar 91 derajat Fahrenheit, sekitar 10 derajat lebih hangat dari hari ini," tulis Bloch dalam penjelasannya.

Baca Juga: Gokil, Piton Ini Harus Dioperasi karena Tercyduk Memakan Handuk

Dilihat dari ukurannya yang sangat besar, Titanoba dipercaya sebagai ular raksasa yang pernah menguasai Amazon puluhan juta tahun lalu.

Berita Terkait
Berita Terkini

Tidak hanya direncanakan sebagai objek wisata, air dari Sendang Tirto Wiguno juga akan diolah menjadi air minum bagi war...

sains | 20:58 WIB

Keputih, yang dulunya menjadi tempat pembuangan akhir (TPA) Kota Surabaya, kini telah bertransformasi menjadi kampung la...

sains | 20:50 WIB

Program Kampung Berseri Astra (KBA) telah menjadi harapan baru bagi warga di kawasan 13 Ulu....

sains | 20:42 WIB

Setaman adalah nama singkatan dari Sehat Perkata dan Nayaman....

sains | 16:31 WIB

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB