Gunakan Alat Baru Ini, NASA Ungkap Dampak Kenaikan Permukaan Air Laut

Tidak ada wilayah di Bumi yang akan lolos dari dampak kenaikan permukaan air laut seperti diungkap ilmuwan.

Agung Pratnyawan

Posted: Jum'at, 13 Agustus 2021 | 06:00 WIB
Ilustrasi laut. (pexels/Kellie Churchman)

Ilustrasi laut. (pexels/Kellie Churchman)

Hitekno.com - NASA telah membuat alat baru dalam melakukan penelitian dampak kenaikan permukaan air laut global. Dengan alat ini dipercaya dampak menunjukkan bagaima kenaikan dalam beberapa dekade mendatang.

Alat baru NASA ini dibuat untuk visualisasi bagaimana permukaan laut secara global. Alat proyeksi tersebut diumumkan setelah merilis bab pertama Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC).

Dalam laporan tersebut, para ilmuwan mengatakan bahwa krisis iklim cepat, meluas, dan intensif. Tidak ada wilayah di Bumi yang akan lolos dari perubahan.

Baca Juga: Heboh Lihat Air Laut di Pantai Surut, Pria Ini Malah Bikin Netizen Was-was

Selain itu, para ahli secara tegas menyebut manusia juga berkontribusi memberikan pengaruh.

Sebagian besar berasal dari pembakaran bahan bakar fosil yang memanaskan atmosfer, laut, dan daratan.

Namun, 234 ilmuwan dari 66 negara yang menulis laporan tersebut menekankan bahwa tindakan manusia masih memiliki kekuatan menentukan arah.

Baca Juga: Klaim Ilmuwan, Cara Ini Akan Hentikan Naiknya Permukaan Air Laut

"Kami tahu bahwa tidak ada jalan untuk mundur dari beberapa perubahan iklim," kata Ko Barrett, wakil ketua IPCC dan penasihat iklim senior di Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional Amerika Serikat.

Ilustrasi permukaan laut naik. [Shutterstock]
Ilustrasi permukaan laut naik. [Shutterstock]

Namun, dia menambahkan, beberapa dari perubahan ini dapat diperlambat dan yang lainnya dapat dihentikan dengan membatasi pemanasan.

Alat yang dihosting di Sea Level Portal NASA tersebut, memberikan tingkat perincian baru tentang bagaimana setiap wilayah di seluruh dunia akan terpengaruh kenaikan permukaan air laut di bawah berbagai lintasan emisi.

Baca Juga: Ketahui, Ini Proses Penguapan Air Laut dalam Siklus Hidrologi

Dengan memilih opsi dari menu drop-down, pengguna alat dapat memperbesar lokasi di setiap garis pantai antara 2020 hingga 2150.

Hal ini untuk melihat apa yang akan terjadi tergantung pada seberapa cepat kurva melengkung pada pengurangan emisi.

Alat ini juga memberikan gambaran tentang berbagai proses di balik kenaikan permukaan air laut seperti mencairnya lapisan es dan gletser, serta sejauh mana air laut mengubah pola sirkulasinya.

Baca Juga: Kenaikan Permukaan Air Laut Global Bisa Capai 2 Meter pada 2100

Dilansir dari Independent, Kamis (12/8/2021), proyeksi tersebut didasarkan pada kesimpulan laporan IPCC dari data yang dikumpulkan oleh satelit dan instrumen.

Laporan itu menegaskan beberapa konsekuensi yang hampir pasti terjadi di masa depan, seperti kenaikan permukaan air laut.

Logo NASA. [Shutterstock]
Logo NASA. [Shutterstock]

"Terlepas dari seberapa cepat kita menurunkan emisi, kita mungkin melihat sekitar 15-30 cm kenaikan permukaan laut rata-rata global hingga pertengahan abad ini," kata Dr Bob Kopp, direktur Institute of Earth, Ocean, and Atmospheric Sciences.

Para ahli memperingatkan bahwa peristiwa permukaan laut ekstrem yang sebelumnya terjadi sekali dalam 100 tahun dapat terjadi setiap tahun pada 2100.

Namun, Dr Kopp mencatat umat manusia masih memiliki kemampuan untuk membuat perbedaan pada kenaikan permukaan air laut dengan mengurangi emisi.

Permukaan laut telah meningkat semakin pesat sejak sekitar 1970 dan dalam 100 tahun terakhir.

Permukaan laut telah meningkat lebih dari abad mana pun selama setidaknya tiga milenium terakhir.

Permukaan laut rata-rata global telah meningkat dengan kecepatan sekitar empat milimeter per tahun selama dekade terakhir.

Mengingat hampir setengah dari populasi global yang tinggal dalam jarak 60 mil dari pantai, kenaikan permukaan air laut pasti berdampak pada sebagian besar orang di seluruh dunia. (Suara.com/ Lintang Siltya Utami).

Berita Terkait
Berita Terkini

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB