Hasil Studi: Banjir Rob Bakal 100 Kali Lebih Sering Melanda Indonesia

Efek kenaikan permukaan laut ini paling parah terjadi di wilayah belahan bumi selatan, termasuk Indonesia.

Agung Pratnyawan

Posted: Selasa, 07 September 2021 | 16:39 WIB
Banjir Rob di Batam. [Suara.com]

Banjir Rob di Batam. [Suara.com]

Hitekno.com - Hasil studi terbaru, menlaporkan kalau Indonesia bisa saja mengalami banjir rob 100 kali lebih sering dari sebelumnya. 

Banjir rob sendiri disebutkan terjadi akibat gelombang pasang, gelombang, dan badai - dalam beberapa dekade ke depan, demikian hasil sebuah studi terbaru yang meneliti efek naiknya permukaan laut akibat pemanasan global.

Hasil studi yang diterbitkan di jurnal Nature Climate Change oleh tim Claudia Tebaldi, ilmuwan dari Pacific Northwest National Laboratory, Amerika Serikat mengungkapkan kenaikan permukaan laut ekstrem mengancam 7.283 wilayah di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Baca Juga: Usai Gerhana Bulan Total, BMKG: Waspada Potensi Banjir Rob pada 28 Mei

Para ilmuwan sebelumnya memprediksi naiknya permukaan laut ekstrem terjadi setiap 100 tahun sekali. Namun, riset baru ini mengungkap bencana ekstrem lebih sering terjadi dengan rata-rata sekali dalam tiap tahun sepanjang akhir abad 21.

Efek kenaikan permukaan laut ini paling parah terjadi di wilayah belahan bumi selatan, Laut Mediterania, Semenanjung Arab, bagian selatan Amerika Utara yang dekat dengan Pasifik, Karibia, Hawaii, Filipina, hingga Indonesia.

Bocah berenang saat banjir rob di kawasan Pelabuhan Nizam Zachman, Muara Baru, Jakarta Utara, Jumat (5/6). . [Suara.com/Angga Budhiyanto]
Bocah berenang saat banjir rob di kawasan Pelabuhan Nizam Zachman, Muara Baru, Jakarta Utara, Jumat (5/6). . [Suara.com/Angga Budhiyanto]

Sementara efek yang tak terlalu berdampak adalah wilayah yang posisi garis lintangnya lebih tinggi, seperti pantai Pasifik utara di Amerika Utara maupun pantai Asia Pasifik.

Baca Juga: BMKG Minta Masyarakat Mewaspadai Banjir Rob Akibat Fenomena Perigee

Tim ilmuwan mengungkap, kekhawatiran bencana ekstrem ini juga berlaku ketika suhu global naik 1,5 hingga 2 derajat celcius.

"Ini bukan berita besar bahwa kenaikan permukaan laut akan sangat berefek, bahkan pada 1,5 derajat dan akan memiliki efek substansial pada frekuensi dan besarnya permukaan laut yang ekstrem," kata Tebaldi.

Riset lebih lanjut perlu dilakukan untuk memahami dengan jelas bagaimana perubahan ini akan berdampak pada masyarakat. Kemudian, kenaikan esktrem permukaan laut juga perlu dilihat dari efek di tiap wilayah hingga seberapa siap masyarakat setempat mengatasinya.

Baca Juga: Gerhana Bulan Penumbra, BMKG Peringatkan Banjir Rob di Pesisir Utara Jawa

Itulah hasil studi terbaru yang mendapati Indonesia bisa dilanda banjir rob 100 kali lebih sering dari sebelumnya. (Suara.com/ Dicky Prastya).

Berita Terkait
Berita Terkini

Menyambut tahun 2025, terdapat beberapa kunci tren yang diprediksi akan terus membentuk masa depan biometrik di pasar In...

sains | 15:42 WIB

Tidak hanya direncanakan sebagai objek wisata, air dari Sendang Tirto Wiguno juga akan diolah menjadi air minum bagi war...

sains | 20:58 WIB

Keputih, yang dulunya menjadi tempat pembuangan akhir (TPA) Kota Surabaya, kini telah bertransformasi menjadi kampung la...

sains | 20:50 WIB

Program Kampung Berseri Astra (KBA) telah menjadi harapan baru bagi warga di kawasan 13 Ulu....

sains | 20:42 WIB

Setaman adalah nama singkatan dari Sehat Perkata dan Nayaman....

sains | 16:31 WIB