Mengenal Apa Itu Hari Tanpa Bayangan, Lengkap Jadwalnya Bulan Ini

Cek kapan saja Hari Tanpa Bayangan terjadi.

Agung Pratnyawan

Posted: Selasa, 12 Oktober 2021 | 20:00 WIB
Ilustrasi Bumi. (Pixabay)

Ilustrasi Bumi. (Pixabay)

Hitekno.com - Apa itu Hari Tanpa Bayangan, fenomena yang sedang ramai jadi pembicaraan di media sosial. Sudahkah kamu tahu apa itu?

Fenomena Hari Tanpa Bayangan sendiri dilaporkan akan terjadi bulan Oktober 2021 ini. Namun sebelumnya sudahkah tahu fenomena ini akan terjadi kapan saja dan di mana saja?

Secara garis besar, Hari Tanpa Bayangan adalah fenomena ketika sinar matahari jatuh persis tegak lurus pada benda dan manusia lalu tidak ada bayangan di sekitarnya.

Baca Juga: Apa Itu Fenomena Aphelion, Ini Fakta dan Dampak pada Bumi

Dengan kata lain manusia tidak dapat melihat bayangannya sendiri. Ingin tahu lebih banyak tentang apa itu Hari Tanpa Bayangan? Simak sampai habis penjelasan di bawah ini.

Penyebab fenomena Hari Tanpa Bayangan

Menurut keterangan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), fenomena Hari Tanpa Bayangan terjadi karena bidang rotasi bumi tidak tepat berimpit dengan bidang revolusi bumi.

Baca Juga: Dampak Fenomena Aphelion Tak Signifikan ke Bumi

Hal itu menyebabkan posisi Matahari dari Bumi akan terlihat terus berubah sepanjang tahun antara 23,5 oLU s.d. 23,5 oLS. Secara ilmiah ini disebut sebagai gerak semu harian Matahari. 

Terjadi dua kali dalam setahun

Peristiwa Hari Tanpa Bayangan ini bisa terjadi dua kali di Indonesia karena letak Indonesia yang berada di Khatulistiwa. Fenomena ini pernah terjadi di Jakarta pada 4 Maret 2020, peristiwa kulminasi utamanya terjadi pada Pukul 12.04 WIB.

Baca Juga: Setelah Jakarta, Ini Daftar Kota yang Alami Hari Tanpa Bayangan

Lalu peristiwa kedua terjadi pada 8 Oktober 2020 yang mana kulminasi utamanya terjadi pada Pukul 11.40 WIB. 

Selain jakarta, kota-kota lain yang merasakan fenomena Hari Tanpa Bayangan pada tahun 2020 antara lain:

  • kulminasi utama tahun 2020 di Indonesia terjadi antara 21 Februari 2020 di Baa
  • Nusa Tenggara Timur hingga 4 April 2020 di Sabang
  • Aceh dan 6 September 2020 di Sabang
  • Aceh sampai dengan 21 Oktober 2020 di Baa, Nusa Tenggara Timur.
Mengenal Apa Itu Hari Tanpa Bayangan, Jadwalnya sampai 21 Oktober 2021 - Ilustrasi Hari Tanpa Bayangan (Pixabay/jplenio)
Mengenal Apa Itu Hari Tanpa Bayangan, Jadwalnya sampai 21 Oktober 2021 - Ilustrasi Hari Tanpa Bayangan (Pixabay/jplenio)


 

Baca Juga: Siang Ini, Hari Tanpa Bayangan Terjadi di Yogyakarta

Lalu bagaimana dengan Hari Tanpa Bayangan 2021? Simak penjelasan dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) berikut ini.

Dikutip dari situs resmi Lapan, Hari Tanpa Bayangan 2021 dimulai pada 6 September hingga 21 Oktober 2021. Bagaimana bisa selama itu?

Sebenarnya fenomena Hari Tanpa Bayangan berlangsung dua kali setahun di Indonesia. Yang pertama, telah terjadi pada akhir Februari sampai awal April 2021. Untuk kali ini maka fenomena tersebut dinamai sebagai Kulminasi Utama 2.

Fenomena Hari Tanpa Bayangan 2021 kali ini akan secara merata terjadi di seluruh wilayah Indonesia dari Indonesia bagian barat hingga Timur. Berikut daftar rincian jadwal Hari Tanpa Bayangan 2021.

Indonesia Bagian Barat

  • Sabang; 6 September 2021 pada pukul 12.36 WIB
  • Banda Aceh; 8 September 2021 pada pukul 12.36 WIB
  • Medan; 13 September 2021 pada pukul 12.12 WIB
  • Pekan Baru; 21 September 2021 pada pukul 12.07 WIB
  • Tanjung Pinang; 20 September 2021 pada pukul 11.55 WIB
  • Padang; 25 September 2021 pada pukul 12.10 WIB
  • Jambi; 27 September 2021 pada pukul 11.56 WIB
  • Pangkal Pinang; 28 September pada pukul 11.46 WIB
  • Bengkulu; 2 Oktober 2021 pada pukul 12.00 WIB
  • Palembang; 30 September 2021 pada pukul 11.50 WIB
  • Bandar Lampung; 7 Oktober 2021 pada pukul 11.48 WIB
  • Serang; 8 Oktober, pukul 11.42 WIB
  • Jakarta; 9 Oktober, pukul 11.39 WIB
  • Bogor; 10 Oktober, pukul 11.39 WIB
  • Bandung; 11 Oktober, pukul 11.36 WIB
  • Semarang; 11 Oktober, pukul 11.25 WIB
  • Surabaya; 11 Oktober, pukul 11.15 WIB
  • Sumenep; 11 Oktober, pukul 11.11 WIB
  • Surakarta; 12 Oktober, pukul 11.23 WIB
  • Pangandaran; 13 Oktober, pukul 11.31 WIB
  • Yogyakarta; 13 Oktober, pukul 11.24 WIB
  • Banyuwangi; 14 Oktober, pukul 11.08 WIB
  • Nunukan; 12 September, pukul 12.07 WIB
     

Indonesia Bagian Tengah

  • Tarakan; 14 September, pukul 12.05 WITA
  • Tanjung Selor; 15 September, pukul 12.05 WITA
  • Pontianak; 23 September, pukul 11.35 WITA
  • Samarinda; 24 September, pukul 12.03 WITA
  • Balikpapan; 26 September, pukul 12.03 WITA
  • Palangkaraya; 28 September, pukul 11.14 WITA
  • Banjarmasin; 1 Oktober, pukul 12.11 WITA
  • Buleleng; 14 Oktober, pukul 12.05 WITA
  • Denpasar; 15 Oktober, pukul 12.04 WITA
  • Mataram; 15 Oktober, pukul 12.01 WITA
  • Sumbawa Besar; 15 Oktober, pukul 11.56 WITA
  • Labuan Bajo; 15 Oktober, pukul 11.46 WITA
  • Waingapu; 18 Oktober, pukul 11.46 WITA
  • Kupang; 19 Oktober, pukul 11.30 WITA
  • Rote Dao; 21 Oktober, pukul 11.31 WITA
  • Manado; 19 September, pukul 11.34 WITA
  • Majene; 2 Oktober, pukul 11.53 WITA
  • Kendari; 3 Oktober,pukul 11.38 WITA
  • Wakatobi; 6 Oktober, pukul 11.33 WITA
  • Makassar; 6 Oktober, pukul 11.50 WITA

Indonesia Bagian Timur

  • Sofifi; 21 September, pukul 12.22 WIT
  • Sorong; 25 September, pukul 12.06 WIT
  • Manokwari; 25 September, pukul 11.55 WIT
  • Biak; 26 September, pukul 11.46 WIT
  • Jayapura; 29 September, pukul 11.27 WIT
  • Ambon; 2 Oktober, pukul 12.16 WIT
  • Merauke; 14 Oktober, pukul 11.24 WIT

Disebut sebagai Transit Utama

Secara ilmiah, Hari Tanpa Bayangan disebut juga dengan istilah Transit Utama, artinya adalah matahari berada di titik zenith sebuah tempat. Artinya jika terjadi Hari Tanpa Bayangan di Nusa Tenggara Timur hingga 4 April 2020, itu berarti Matahari tengah singgah tepat di atas Nusa Tenggara Timur. 

Perhitungan Eratosthenes

Hari Tanpa Bayangan bisa kita jadikan kesempatan untuk melakukan eksperimen seperti yang dilakukan oleh Eratosthenes. Eratosthenes pada sekitar 2.200-an tahun lalu memanfaatkan Hari Tanpa Bayangan untuk mengukur keliling bumi.

Pengukuran keliling bumi oleh Eratosthenes dilakukan dengan mengalikan waktu tempuh perjalanan selama 50 hari dengan kereta berkecepatan 100 stadia dari Shina ke Alexandria, yang jaraknya 800 km atau 5000 stadia. Perlu Anda ketahui bahwa Stadia merupakan arena olahraga yang dipakai masyarakat Yunani, berukuran keliling 185 meter. Singkat cerita, Eratosthenes mendapatkan hasil keliling Bumi adalah 250.000 stadia atau 46.300 kilometer. 

Kalau Anda, setelah tahu definisi dari apa itu Hari Tanpa Bayangan apa yang akan Anda lakukan? melakukan eksperimen seperti Eratosthenes atau melakukan hal lain?

Itulah penjelasan apa itu Hari Tanpa Bayangan, fenomena yang diperkirakan terjadi pada Oktober 2021 ini di sejumlah wilayah Indonesia. (Suara.com/ Mutaya Saroh)

Berita Terkait
Berita Terkini

Tidak hanya direncanakan sebagai objek wisata, air dari Sendang Tirto Wiguno juga akan diolah menjadi air minum bagi war...

sains | 20:58 WIB

Keputih, yang dulunya menjadi tempat pembuangan akhir (TPA) Kota Surabaya, kini telah bertransformasi menjadi kampung la...

sains | 20:50 WIB

Program Kampung Berseri Astra (KBA) telah menjadi harapan baru bagi warga di kawasan 13 Ulu....

sains | 20:42 WIB

Setaman adalah nama singkatan dari Sehat Perkata dan Nayaman....

sains | 16:31 WIB

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB