Hitekno.com - Badai geomagnetik yang melanda telah meluluhlantakkan 40 satelit Starlink milik SpaceX. Semua dilaporkan terjun bebas kembali ke Bumi.
SpaceX pada pekan lalu telah meluncurkan 40 satelit Starlink menggunakan roket Falcon 9 dari Kennedy Space Center.
Peluncuran ini sebagai agenda rutin yang dilakukan perusahaan antariksa yang dikepalai Elon Musk ini.
Baca Juga: Indonesia Jadi Incaran Perusahaan Satelit Global, Kenapa?
Setelah diluncurkan pada Kamis (3/2/2022), badai geomagnetik menghantam atmosfer Bumi.
Badai geomagnetik ini disebabkan oleh Matahari yang mengeluarkan partikel angin dan menabrak Bumi.
Partikel tersebut mengacaukan medan magnet Bumi dan mengganggu satelit, meningkatkan hambatan dan mengacaukan orbitnya.
Baca Juga: China Akan Gunakan Satelit Militer untuk Atasi Sampah Luar Angkasa
"Itulah yang terjadi pada 40 satelit Starlink setelah ditempatkan ke orbit yang diinginkan," kata SpaceX, seperti dikutip dari CNET, Kamis (10/2/2022).
Ketika badai geomagnetik menghantam Bumi minggu lalu, itu meningkatkan hambatan atmosfer pada kumpulan satelit.
SpaceX dengan cepat menempatkan satelit ke mode aman dan menerbangkannya ke "tepi" untuk meminimalkan masalah serta berlindung dari badai.
Baca Juga: Kominfo Mendukung Pengembangan Satelit Nano di Indonesia
Tapi analisis menunjukkan bahwa satelit tidak dapat keluar dari mode aman dan gagal menaikkan orbitnya.
SpaceX mengatakan satelit akan memasuki kembali atmosfer Bumi pada Selasa, menunjukkan akhir hidup dari perangkat tersebut.
Ketika satelit bertabrakan dengan atmosfer Bumi, itu dirancang untuk terbakar seluruhnya sehingga tidak ada puing-puing satelit yang akan mencapai permukaan Bumi.
Baca Juga: Satelit Militer China Rusak, Ternyata Ini Penyebabnya
SpaceX juga mengatakan bahwa satelit-satelit tersebut tidak menimbulkan risiko bagi satelit lain.
Para astronom telah lama khawatir tentang peningkatan jumlah satelit Starlink yang diluncurkan ke orbit Bumi.
Banyaknya satelit yang dikirim SpaceX ke orbit akan membuat pengamatan langit menjadi kacau.
Pada 2 Februari, Persatuan Astronomi Internasional mengumumkan pembentukan badan baru, yaitu Centre for the Protection of the Dark and Quiet Sky untuk mengurangi dampak negatif konstelasi satelit.
SpaceX sendiri telah meluncurkan lebih dari 2.000 satelit Starlink sejak 2018 sebagai upaya untuk menghadirkan internet satelit berkecepatan tinggi ke seluruh penjuru dunia, khususnya di wilayah dengan akses internet terbatas.
Apakah yang akan dilakukan SpaceX setelah 40 satelit Starlink ini terdampak badai geomagnetik yang membuatnya jatuh. (Suara.com/ Lintang Siltya Utami).