Ditemukan Fosil Reptil Terbang Terbesar di Dunia

Spesimen fosil yang ditemukan di Isle of Skye, Skotlandia, memiliki lebar sayap lebih dari 2,5 meter.

Agung Pratnyawan

Posted: Kamis, 24 Februari 2022 | 13:43 WIB
Ilustrasi arkeolog. (Shutterstock)

Ilustrasi arkeolog. (Shutterstock)

Hitekno.com - Ditemukan fosil reptil terbang terbesar di dunia yang pernah hidup di masa dinosaurus menghuni Bumi. Seberapa besar makhluk hidup ini dulunya?

Menurut para ilmuwan juga menyebut fosil reptil terbang terbesar di dunia ini sebagai pterosaurus.

Spesimen fosil yang ditemukan di Isle of Skye, Skotlandia, memiliki lebar sayap lebih dari 2,5 meter.

Baca Juga: Ditemukan Fosil Naga Laut Raksasa Berusia 180 Juta Tahun, Ini Penampakannya

Menurut para ahli, itu adalah ukuran yang luar biasa untuk pterosaurus yang berasal dari periode Jurassic (201,3 juta hingga 145 juta tahun yang lalu).

Fosil tersebut diberi nama Dearc sgiathanach yang memiliki arti ganda, yaitu "reptil bersayap" dan "reptil dari Skye".

Fosil reptil terbang, Pterosaurus. [The University of Edinburgh]
Fosil reptil terbang, Pterosaurus. [The University of Edinburgh]

Para ilmuwan menemukan fosil itu pertama kali pada 2017 selama penggalian yang didanai oleh National Geographic Society.

Baca Juga: Ditemukan Fosil Berusia 125 Tahun, Diduga Simpan DNA Dinosaurus

Menurut penanggalan, reptil tersebut hidup 170 juta tahun yang lalu dalam kondisi pelestarian kerangka yang luar biasa karena masih memiliki enamel mengkilap pada giginya.

"Dearc adalah pterosaurus terbesar yang kita ketahui dari periode Jurassic dan itu memberi tahu kita bahwa pterosaurus bisa menjadi lebih besar jauh dari yang kita duga," kata Steve Brusatte, profesor dan peneliti senior studi dari University of Edinburgh, dikutip dari Live Science, Rabu (23/2/2022).

Pterosaurus adalah vertebrata pertama yang diketahui berevolusi dengan penerbangan bertenaga, sebuah prestasi sekitar 50 juta tahun sebelum burung melakukannya.

Baca Juga: Ditemukan Fosil Penguin Raksasa, Tapi Masih Anak-anak

Untuk bisa terbang, pterosaurus membutuhkan tulang yang ringan dan halus, menyebabkan jarang sekali sisa-sisa kerangka menjadi fosil dalam keadaan baik karena rapuh.

Fosil reptil terbang, Pterosaurus. [Current Biology]
Fosil reptil terbang, Pterosaurus. [Current Biology]

Namun menurut Brusatte, kerangka yang baru ditemukan ini tetap dalam kondisi yang hampir murni dan hampir lengkap.

Enamel yang menempel pada gigi Dearc sgiathanach yang tajam menunjukkan bahwa reptil itu menangkap ikan semasa hidup.

Baca Juga: Berawal dari Penggerebekan, Malah Nemu Fosil Pterosaurus

Analisis pertumbuhan tulang Dearc sgiathanach menunjukkan bahwa pterosaurus itu belum sepenuhnya tumbuh dewasa, sehingga kemungkinan besar Dearc sgiathanach versi dewasa akan memiliki lebar sayap yang lebih panjang.

Selain itu, pemindaian CT mengungkapkan bahwa Dearc sgiathanach masih memiliki lobus optik besar, yang berarti memiliki penglihatan yang sangat baik.

Penggalian fosil ini sendiri ditemukan oleh Amelia Penny, mantan mahasiswa doktoral di School of GeoSciences, University of Edinburgh yang sekarang menjadi peneliti di School of Biology, University of St Andrews, Skotlandia.

Fosil reptil terbang, Pterosaurus. [The University of Edinburgh]
Fosil reptil terbang, Pterosaurus. [The University of Edinburgh]

Spesimen Dearc sgiathanach akan ditambahkan ke koleksi Museum Nasional Skotlandia untuk studi lebih lanjut.

Itulah penemuan fosil reptil terbang terbesar di dunia yang dipercaya dari masa dinosaurus. (Suara.com/ Lintang Siltya Utami).

Berita Terkait
Berita Terkini

Tidak hanya direncanakan sebagai objek wisata, air dari Sendang Tirto Wiguno juga akan diolah menjadi air minum bagi war...

sains | 20:58 WIB

Keputih, yang dulunya menjadi tempat pembuangan akhir (TPA) Kota Surabaya, kini telah bertransformasi menjadi kampung la...

sains | 20:50 WIB

Program Kampung Berseri Astra (KBA) telah menjadi harapan baru bagi warga di kawasan 13 Ulu....

sains | 20:42 WIB

Setaman adalah nama singkatan dari Sehat Perkata dan Nayaman....

sains | 16:31 WIB

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB