Hitekno.com - Rusia telah mengkonfirmasi bakal menarik diri dari Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS), setidaknya paling cepat dua tahun dari sekarang.
Kebijakan yang diambil Rusia ini dilakukan karena adanya sanki kepada negara tersebut setelah melakukan invasi ke Ukraina.
Direktur jenderal badan antariksa federal Roscosmos, Dmitry Rogozin, tidak mengatakan kapan keterlibatan Rusia dalam proyek akan berakhir.
Baca Juga: Terancam Kena Hantaman Puing Satelit Militer Rusia, ISS Harus Pindah
Namun, ia menegaskan pihaknya akan mengeluarkan pemberitahuan setidaknya satu tahun sebelum cabut dari ISS.
"Keputusan telah dibuat, kami tidak berkewajiban untuk membicarakannya secara terbuka," kata Rogozin, dikutip dari Live Science, Selasa (3/5/2022).
Analis ruang angkasa Rusia mencatat bahwa Rusia tidak pernah setuju untuk memperpanjang keterlibatannya di ISS setelah 2024.
Baca Juga: Badan Antariksa Eropa Siap Ambil Sikap Soal Keterlibatan Rusia dalam Misi Mars dan ISS
Rogozin sendiri memiliki sejarah dalam menegaskan sanksi yang dijatuhkan kepada negaranya.
Pada 24 Februari, Rogozin mencuitkan bahwa sanksi internasional apa pun terhadap Rusia atas invasi Ukraina akan menghancurkan kemitraan antara NASA dan Roscosmos.
Rogozin menegaskan kembali komentar tersebut bulan lalu, dengan mengatakan bahwa hubungan normal antara mitra ISS, hanya dapat dipulihkan setelah pencabutan sanksi sepenuhnya dan tanpa syarat.
Baca Juga: Gegara Ini, NASA Tunda Perjalanan Luar Angkasa Astronot di ISS
Modul pertama ISS sendiri diluncurkan ke orbit pada 1998 dan diharapkan bertahan hingga 15 tahun.
Misi stasiun luar angkasa tersebut diperpanjang sejak saat itu.
Meskipun mengalami masalah pemeliharaan, ISS telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir dan para ahli telah memperingatkan bahwa beberapa modul ISS semakin tua.
Baca Juga: Dikira UFO, Ini Penjelasan Tentang "Cahaya Aneh" yang Terekam ISS
Amerika Serikat dan Rusia adalah mitra utama dalam proyek ISS.
Secara historis, Amerika Serikat bertanggung jawab untuk memberikan dukungan kepada hingga 10 orang, yang tinggal di ISS pada satu waktu, sementara Rusia bertanggung jawab untuk menjaga ISS di orbit.
Rusia juga mengontrol akses ke ISS selama beberapa tahun karena hanya Soyuz yang diluncurkan ke orbit.
Tetapi dengan munculnya pesawat luar angkasa pengangkut penumpang baru seperti Dragon SpaceX, Amerika tidak perlu bergantung lagi kepada Soyuz.
Pakar luar angkasa juga mencatat bahwa NASA sekarang sedang menguji kemampuannya untuk menjaga ISS di orbit dengan dorongan dari mesin pesawat luar angkasa kargo Cygnus.
Dengan kata lain, keterlibatan Rusia di ISS mungkin tidak lagi dibutuhkan.
Di sisi lain, pernyataan Rogozin tidak cocok karena Rusia akan mulai menguji penerbangan "satu orbit" ke ISS oleh pesawat luar angkasa Soyuz pada 2023-2024.
Bagaimanapun, Rusia memang telah memiliki rencana lanjutan untuk membangun stasiun luar angkasa penerus ISS.
Modul pertama, yang sedang dibangun oleh perusahaan Energia, akan menelan biaya setidaknya 5 miliar dolar AS dan diprediksi mengorbit pada 2025.
Kita nantikan saja apakah nantinya Rusia bakal cabut dari Stasiun Luar Angkasa Internasional ISS karena sanksi invasi ke Ukraina. (Suara.com/ Lintang Siltya Utami).