Letusan Gunung Berapi Tonga Dianggap Saingi Krakatau, Jadi Terbesar Sejak 1883

Letusan gunung berapi Hunga Tonga-Hunga Ha'apai di Tonga disebutkan sebagai yang terbesar setelah Krakatau yang terdokumentasikan.

Agung Pratnyawan

Posted: Jum'at, 20 Mei 2022 | 12:01 WIB
Letusan gunung berapi Hunga Tonga-Hunga Ha'apai. (NASA)

Letusan gunung berapi Hunga Tonga-Hunga Ha'apai. (NASA)

Hitekno.com - Selama ini letusan gunung berapi Krakatau pada 1883 dianggap terbesar yang pernah didokumentasikan. Namun kini para ilmuwan menagatakan letusan gunung berapi Tonga bisa menyainginya.

Menurut para ilmuwan, letusan gunung berapi Hunga Tonga-Hunga Ha'apai di Tonga merupakan ledakan terbesar yang terdokumentasikan oleh para peneliti sejak letusan Krakatau pada 1883 silam.

Letusan Hunga Tonga-Hunga Ha'apai yang menyebabkan enam kematian memiliki ukuran serupa dengan letusan Krakatau di Indonesia pada 1883.

Baca Juga: Menakjubkan, NASA Ungkap Penampakan Erupsi Gunung Anak Krakatau

Dari segi korban jiwa, letusan Krakatau menewaskan lebih dari 30.000 orang.

Ledakan Tonga menghasilkan gelombang tekanan yang disebut gelombang Lamb, yang bergerak secara horizontal di sepanjang permukaan Bumi selama lebih enam hari.

Gelombang Lamb tersebut biasanya dikaitkan dengan ledakan atmosfer yang besar, seperti letusan gunung berapi lainnya dan uji coba nuklir.

Baca Juga: LAPAN Bagikan Foto Gunung Anak Krakatau Setelah Terjadi Erupsi

Para ahli mengatakan, ledakan nuklir yang juga telah menciptakan gelombang Lamb.

Tsunami Tonga, negara kecil di Pasifik. [NOAA]
Tsunami Tonga, negara kecil di Pasifik. [NOAA]

Seperti uji coba nuklir terbesar di Uni Soviet pada 1961, memiliki amplitudo yang sama tetapi berlangsung untuk periode waktu lebih singkat, dibandingkan dengan ledakan vulkanik besar seperti yang terjadi di Tonga.

Letusan Tonga juga menghasilkan suara yang dapat didengar hingga 10.000 kilometer jauhnya di Alaska dan menghasilkan infrasonik yang bergema di seluruh dunia.

Baca Juga: LAPAN Ungkap Video Penampakan Erupsi Gunung Anak Krakatau dari Luar Angkasa

Menurut Corentin Caudron, profesor yang terlibat dalam studi tersebut mengatakan bahwa para ahli menggunakan lebih dari 3.000 sensor dan instrumen di seluruh dunia, yang biasa digunakan untuk mendeteksi gempa Bumi dan tsunami.

Caudron juga mengatakan meskipun instrumen yang digunakan pada 1883 memiliki resolusi yang lebih rendah daripada yang digunakan sekarang, para ahli mendeteksi hal yang sama.

"Ini mungkin salah satu pertama kalinya kita dapat melihat gelombang Lamb yang terkait dengan ledakan gunung berapi dan Krakatau juga mengalami hal yang sama. Ini pertama kalinya kita dapat melihat gelombang Lamb itu dengan cara yang sangat rinci," kata Caudron, dikutip dari ABC News, Kamis (19/5/2022).

Baca Juga: Ini Kata LAPAN Soal Dentuman Misterius saat Erupsi Gunung Anak Krakatau

Anak gunung Krakatau. [Shutterstock]
Anak gunung Krakatau. [Shutterstock]

Di sisi lain, menurut ahli vulkanologi Universitas Melbourne, Heather Handley, mengatakan ledakan Tonga menyoroti bagaimana masyarakat internasional perlu bekerja sama untuk bersiap menghadapi letusan gunung berapi, yang berpotensi lebih buruk di masa mendatang.

Akibat ledakan Tonga, Bank Dunia memperkirakan kerusakan akibat bencana akan merugikan Tonga lebih dari 125 juta dolar AS.

Dilaporkan sekitar 600 bangunan di Tonga rusak atau hancur akibat tsunami dna sekitar 1.525 orang mengungsi.

Itulah laporan ilmuwan terbaru yang mengungkap letusan gunung berapi Tonga menjadi isiden terbesar sejak letusan Krakatau pada 1883 silam. (Suara.com/ Lintang Siltya Utami).

Berita Terkait
Berita Terkini

Tidak hanya direncanakan sebagai objek wisata, air dari Sendang Tirto Wiguno juga akan diolah menjadi air minum bagi war...

sains | 20:58 WIB

Keputih, yang dulunya menjadi tempat pembuangan akhir (TPA) Kota Surabaya, kini telah bertransformasi menjadi kampung la...

sains | 20:50 WIB

Program Kampung Berseri Astra (KBA) telah menjadi harapan baru bagi warga di kawasan 13 Ulu....

sains | 20:42 WIB

Setaman adalah nama singkatan dari Sehat Perkata dan Nayaman....

sains | 16:31 WIB

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB