Gunakan Teknologi Mutakhir, BRIN Akan Pantau Karbon Hitam di Jakarta

Karbon hitam adalah komponen dari partikel halus di udara yang merupakan hasil pembakaran.

Agung Pratnyawan

Posted: Senin, 20 Juni 2022 | 13:06 WIB
Logo BRIN - Badan Riset dan Inovasi Nasional. (BRIN)

Logo BRIN - Badan Riset dan Inovasi Nasional. (BRIN)

Hitekno.com - Organisasi Riset Tenaga Nuklir (ORTN) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berencana untuk melakukan penelitian bersama Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk melakukan pemantauan karbon hitam.

Dalam pemantauan karbon hitam di Jakarta ini, bakal menggunakan teknologi mutakhir berupa alat AE33 Aethalometer.

Khalid menuturkan hasil dari riset bersama yang menggunakan teknologi mutakhir tersebut diharapkan dapat digunakan untuk melengkapi parameter pemantauan kualitas udara Jakarta serta kota-kota lainnya di Indonesia sehingga penentuan sumber pencemar bisa lebih komprehensif.

Baca Juga: Selain untuk Penelitian, Ini Tujuan BRIN Bangun Infrastruktur Riset

"Target penelitian pemantauan karbon hitam ini dalam kerangka pembangunan lingkungan yang bersih dan sehat," kata Kepala Pusat Riset Teknologi Deteksi Radiasi dan Analisis Nuklir (PRTDRAN) ORTN BRIN Abu Khalid Rivai seperti dimuat Suara.com, Jumat (17/6/2022).

Karbon hitam adalah komponen dari partikel halus di udara yang merupakan hasil pembakaran, termasuk di antaranya dari kendaraan bermotor. Partikel ini termasuk polusi bisa merugikan manusia, menyebabkan kematian dini dan memicu pemanasan global.

Profesor riset sekaligus peneliti ahli utama PRTDRAN ORTN BRIN Muhayatun mengatakan telah dilakukan pemasangan alat AE33 Aethalometer di lokasi pemantauan AQMS Jakarta-1 yang terletak di Bundaran Hotel Indonesia.

Baca Juga: BRIN Kembangkan Prototipe Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir

Ia menuturkan pemantauan menggunakan AE33 Aethalometer itu akan mampu menentukan kontribusi total karbon hitam, yaitu berapa persen yang berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dan berapa persen yang berasal dari pembakaran biomassa.

Monas, Jakarta. [Suara.com/Novian Ardiansyah]
Monas, Jakarta. [Suara.com/Novian Ardiansyah]

Hasil kerja sama riset itu diharapkan dapat bermanfaat untuk merancang kebijakan yang tepat dan sesuai terkait pencemaran udara, termasuk untuk mendapat nilai tambah dari pengukuran karbon secara terus menerus dan mengkarakterisasi aerosol di Indonesia.

Pemantauan yang mulai dilakukan pada akhir April 2022 itu menggunakan alat AE33 Aethalometer yang merupakan bentuk kerja sama riset antara PRTDRAN ORTN dengan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, dengan dukungan ahli kualitas udara dari Universitas Rochester di New York, Amerika Serikat, serta ahli aerosol dari Eropa.

Baca Juga: BRIN Berkolaborasi dengan PT DI untuk Kembangkan Drone

Aethalometer sebagai instrumen yang digunakan untuk pemantauan dan spesiasi karbon hitam secara real-time.

Dalam pemantauan karbon hitam, Aethalometer dapat dimanfaatkan untuk meneliti terkait kesehatan masyarakat dan kesehatan kerja, perubahan iklim, visibilitas, emisi sumber stasioner, emisi kendaraan dan mesin, modifikasi curah hujan, dampak pada hasil pertanian dan degradasi cagar budaya.

Rencananya alat pemantau karbon hitam akan dipasang di dua kota, yakni Jakarta dan Serpong di Tangerang Selatan, Banten.

Baca Juga: BRIN Lanjutkan Penelitian Sesar Baribis di Jakarta

Itulah rencana pemantauan karbon hitam di Jakarta yang akan dilakukan ORTN BRIN dengan alat AE33 Aethalometer. (Suara.com/ Liberty Jemadu).

Berita Terkait
Berita Terkini

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB