Hitekno.com - Negara-negara kaya, yang bertanggung jawab atas sebagian besar emisi rumah kaca dan harus membayar reparasi kepada negara-negara berkembang karena yang terakhir menanggung beban pemanasan global, kata menteri iklim Pakistan kepada media Inggris pada hari Minggu (4/9/2022).
Dilansir dari Russian Today, di tengah banjir yang belum pernah terjadi sebelumnya yang menghancurkan negaranya, menteri perubahan iklim Pakistan Sherry Rehman menyerukan untuk mempertimbangkan kembali target emisi global dan reparasi, mengingat bahwa negara-negara miskin semakin dilanda bencana iklim.
Rehman menggambarkan pemanasan global sebagai "krisis eksistensial," menambahkan bahwa Pakistan telah berkontribusi kurang dari 1% terhadap emisi gas rumah kaca.
Baca Juga: Curiga Lihat Pengendara Mobil Tua di Foto Tahun 1984 Ini, Netizen: Pasti Itu Penculik
Dia juga menuduh negara-negara dunia pertama melanggar janji mereka dalam memerangi perubahan iklim. "Kita semua tahu bahwa janji-janji yang dibuat di forum multilateral belum terpenuhi,” katanya.
“Ada begitu banyak kerugian dan kerusakan dengan kompensasi yang terlalu sedikit untuk negara-negara yang berkontribusi sangat sedikit terhadap emisi karbon global,” imbuhnya..
Dalam beberapa bulan terakhir, banjir dahsyat telah mendatangkan malapetaka di seluruh Pakistan, menewaskan sedikitnya 1.265 orang, termasuk 441 anak-anak. Musibah itu, yang telah mempengaruhi 33 juta orang, sebagian besar telah disalahkan atas perubahan iklim.
Baca Juga: Model dan Gamer Cantik Jena Dammaya Kini Menjadi BA Bardi Smart Home
Genangan itu disebabkan oleh hujan monsun yang mematikan, dengan banyak kota menerima curah hujan 500 hingga 700% lebih banyak dari biasanya pada bulan Agustus. Banjir telah menghancurkan 90% tanaman di distrik Sindh dan menempatkan Pakistan yang sudah kekurangan uang tunai dalam kesulitan.
Menteri iklim Pakistan mengatakan pemerintah melakukan yang terbaik untuk mengurangi dampaknya, tetapi misi penyelamatan dan bantuannya telah terhalang oleh hujan yang sedang berlangsung, dengan sepertiga dari negara itu saat ini berada di bawah air.
Rehman mengisyaratkan bahwa dia memahami tantangan yang dihadapi dunia karena pandemi Covid-19 dan konflik Ukraina, dia mengatakan negara kaya harus berbuat lebih banyak untuk mencegah perubahan iklim.
Baca Juga: Harga Realme Watch 3 Pro Dibanderol Murah, Bawa Layar AMOLED dan Fitur GPS
"Pencemar besar sering mencoba untuk menutupi emisi mereka tetapi Anda tidak dapat meninggalkan kenyataan bahwa perusahaan besar yang memiliki laba bersih lebih besar dari PDB banyak negara perlu bertanggung jawab," pungkasnya.