Hitekno.com - Plastik telah menjadi benda yang erat dalam kehidupan masyarakat. Pakaian, tempat tidur, sikat gigi, keyboard, mobil, dan tentu saja, kemasan, semuanya terbuat dari plastik. Plastik pertama kali ditemukan pada tahun 1862 oleh Alexander Parkes.
Kemudian, pada periode pascaperang, plastik menjadi masalah polusi utama begitu mereka mulai mengganti kemasan konsumen.
Dilansir dari Sputnik News, sejak 1950-an, 9 miliar ton plastik telah dibuang, dan hanya 9% dari limbah itu yang benar-benar telah didaur ulang, sementara hanya 12% darinya yang telah dibakar.
Baca Juga: Kaya Raya Sejak Lahir di Kartun Doraemon, Ini Pekerjaan Ayah Suneo
Sekitar 400 juta ton plastik dibuang setiap tahun, dan bahan yang membuat plastik begitu diinginkan karena daya tahannya yang hemat biaya juga merupakan salah satu alasan mengapa butuh waktu lama untuk rusak.
Beberapa jenis plastik akan membutuhkan waktu ribuan, atau bahkan puluhan ribu tahun untuk terdegradasi di tempat pembuangan sampah. Dan bahkan ketika plastik itu rusak, partikel mikroskopisnya mencemari lautan, udara, ekosistem kita dan, tentu saja, tubuh kita.
Sepertiga plastik terdiri dari polietilen. Beberapa mikroorganisme dalam penelitian sebelumnya telah mampu melepaskan enzim yang dapat memulai proses degradasi, meskipun itu membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk terjadi.
Baca Juga: 8 Karakter Anime yang Berzodiak Libra, Naruto hingga Rangiku Matsumoto
Tetapi Dr. Federica Bertocchini, seorang peneliti dan penghobi ternak lebah, mengatakan dia mungkin telah menemukan solusi yang hanya membutuhkan waktu berjam-jam untuk menguraikan polietilen.
Studi ini, yang didorong oleh penemuan menarik Bertocchini, diterbitkan dalam jurnal Nature Communications.
Para peneliti menulis bahwa larva Galleria mellonella (cacing lilin) mampu mengoksidasi dan mempolimerisasi polietilen ketika bahan tersebut telah duduk di suhu kamar.
Baca Juga: Mobil Pemadam Kebakaran Terjebak Macet, Aksi Driver Ojol Ini Bikin Auto Respect
"Di dalam air liur, kami mengidentifikasi dua enzim, yang termasuk dalam keluarga fenol oksidase, yang dapat mereproduksi efek yang sama.
Sejauh pengetahuan kami, enzim ini adalah enzim hewani pertama dengan kemampuan ini, membuka jalan menuju solusi potensial untuk pengelolaan sampah plastik melalui bio-recycling/up-cycling," kata penelitian tersebut.
Untuk informasi terkini seputar dunia teknologi, sains dan anime, jangan lupa untuk subscribe halaman Facebook kami di sini.