Hitekno.com - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyampaikan ada dua faktor penyebab kenapa cuaca ekstrem makin sering di Indonesia belakangan ini.
Yakni Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN, Didi Satiadi yang mengungkap dua faktor penyebab cuaca ekstrem makin sering di Indonesia.
Berikut ini dua faktor penyebab cuaca ekstrem makin sering di Indonesia terjadi:
Baca Juga: Potensi Cuaca Ekstrem dan Gelombang Tinggi, BMKG Minta Masyarakat Lakukan 7 Persiapan Ini
1. Fenomena Alami
Menurut peneliti BRIN ini, faktor pertama adalah karena memang fenomena alami, kedua adalah ulah manusia.
"Jadi cuaca ekstrem itu sebetulnya sesuatu yang alami. 5 persen dari kejadian itu tergolong ekstrem, itu memang tidak bisa dihindarkan. Jadi secara alami terjadi ekstrem dan kita perlu beradaptasi dengan itu," katanya dalam diskusi virtual BRIN bertajuk Waspada Cuaca Ekstrem, Rabu (28/12/2022).
Baca Juga: BMKG: Cuaca Ekstrem yang Melanda Jabodetabek Hari Ini Bukan Badai
2. Perbuatan Manusia
Selain faktor alam, Didi menyebut kalau penyebab cuaca ekstrem semakin bertambah karena perbuatan manusia. Faktor utamanya adalah pemanasan global, yang mana pembakaran bahan bakar fosil berlebih menyebabkan perubahan iklim.
"Perubahan iklim itu pada dasarnya meningkatkan siklus hidrologi," lanjutnya.
Baca Juga: BRIN: Riset Sesar Aktif Harus Ditingkatkan Guna Mitigasi Gempa
Ia menganalogikan perubahan iklim itu seperti halnya motor. Apabila mesin motor digas, maka rodanya pun berputar lebih cepat.
Nah mesin itu diibaratkan dia seperti Matahari. Apabila panasnya makin bertambah karena gas rumah kaca, maka siklus hidrologi akan berputar lebih cepat.
"Karena lebih cepat artinya lebih besar penguapan, lebih intens, lebih deras hujannya, lebih basah, sekaligus lebih kering," imbuhnya.
Baca Juga: BRIN: Siklon Mirip Seroja Bisa Pengaruhi Cuaca di NTT sampai Jawa
Faktor lain yang dibeberkan Didi adalah bertambahnya populasi. Semakin banyak orang, maka manusia akan mengubah tata guna lahan di perkotaan yang berakibat pada turunnya lingkungan.
"Itu semuanya meningkatkan dari bencana dan kondisi ekstrem ini," tegasnya.
Untuk mengatasi cuaca ekstrem, Didi menyarankan agar masyarakat mengurangi konsentrasi gas rumah kaca yang masuk ke dalam atmosfer. Salah satu hal yang bisa dilakukan adalah menanam pohon sebanyak-banyaknya.
Cara lain yakni mengurangi energi berbasis fosil ke energi terbarukan seperti dari cahaya Matahari, gelombang, angin, atau bendungan. Lebih lagi Indonesia juga memiliki banyak pegunungan yang dinilainya sebagai sumber energi luar biasa.
"Ini bisa menggantikan energi dari fosil tersebut, juga elektrifikasi, mobil listrik, dan lainnya. Itu juga cukup efektif (mengurangi cuaca ekstrem)," jelasnya.
Peringatan Cuaca Ekstrem BMKG
Senada dengan BRIN, BMKG pun telah mengeluarkan peringatan soal cuaca ekstrem yang diperkirakan terjadi jelang akhir tahun.
BMKG juga sudah memprediksi terjadinya cuaca ekstrem di Indonesia sampai dengan 2 Januari 2023 nanti, dan menyebut pertumbuhan awan hujan di Indonesia masih berpotensi menjadi ekstrem. (Suara.com/ Dicky Prastya)