Prediksi Badai Dahsyat yang Picu Polemik, Peneliti BRIN Akhirnya Minta Maaf

lih klimatologi pada Badan Riset dan Inovasi Nasional itu, mengakui bahwa kehebohan akibat penggunaan istilah badai dahsyat telah menjadi pelajaran berharganya bagi dirinya.

Agung Pratnyawan

Posted: Sabtu, 31 Desember 2022 | 08:19 WIB
Logo BRIN - Badan Riset dan Inovasi Nasional. (BRIN)

Logo BRIN - Badan Riset dan Inovasi Nasional. (BRIN)

Hitekno.com - Peneliti BRIN Erma Yulihastin meminta maaf atas kehebohan yang terjadi karena prediksi dan peringatan adanya potensi badai dahsyat yang dikeluarkannya menimbulkan polemik.

Kala itu, Erma Yulihastin melontaerkan prediksi adanya potensi badai dahsyat hingga mengeluarkan peringatan bagi masyarakat di Jabodetabek pada akhir 2022.

Alih klimatologi pada Badan Riset dan Inovasi Nasional itu, mengakui bahwa kehebohan akibat penggunaan istilah badai dahsyat telah menjadi pelajaran berharganya bagi dirinya sebagai peneliti.

Baca Juga: Klarifikasi BRIN Soal Badai Dahsyat: Itu Pendapat Personal, Kami Mengacu BMKG

"Bahwa telah terjadi misinterpretasi publik mengenai istilah badai dahsyat, maka ini menjadi pelajaran berharga untuk saya sebagai periset agar memilih bahasa yang lebih tepat dan tidak menimbulkan makna ganda," tulis Erma Yulihastin di Facebook.

"Oleh karena itu saya memohon maaf atas dampak terhadap publik yang berada di luar kendali saya," imbuh Peneliti BRIN tersebut.

Sebelumnya Erma Yulihastin menjelaskan bahwa penggunaan istilah badai dahsyat dalam postingannya di media sosial bertujuan untuk memberi penjelasan kepada masyarakat awam akan adanya potensi cuaca ekstrem di Jabodetabek di akhir Desember 2022.

Baca Juga: BRIN: 2 Faktor Penyebab Cuaca Ekstrem Makin Sering di Indonesia

Erma Yulihastin membeberkan penggunaan istilah badai dahsyat untuk menggantikan istilah ilmiah dua jenis badai di Laut Jawa dan Samudera Hindia, yakni Badai Derecho/Squall Line dan Badai MCC. Keduanya sedang intensif tejadi dan bergerak ke arah Jabodetabek.

"Bukan badai dalam pemahaman awam seperti halnya badai tornado, karena tidak mungkin terbentuk tornado di wilayah Indonesia," jelas peneliti BRIN ini.

Lebih lanjut Erma membeberkan bahwa kedua badai tersebut memang benar terjadi sesuai dengan hasil prediksi Sadewa atau Satellite Disaster Early Warning System, sebuah sebuah sistem informasi peringatan dini bencana terkait kondisi atmosfer ekstrem yang didukung satelit dan model dinamika atmosfer.

Baca Juga: BRIN: Riset Sesar Aktif Harus Ditingkatkan Guna Mitigasi Gempa

Tetapi Erma Yulihastin pun mengakui bahwa prediksinya tentang badai dahsyat itu meleset karena dua alasan. Pertama adalah faktor teknis, yakni adanya masalah pada server Sadewa.

Kedua, jelas dia, adalah suhu laut di utara Jakarta mendingin sehingga pasokan uap air dan kelembapan udara tidak maksimal untuk "membuat proses konveksi mendalam" dan hasilnynya intensitas hujan tidak sampai pada kategori esktrem.

Erma Yulihastin juga menegaskan prediksi yang dibuatnya itu adalah bentuk upaya memberikan peringatan agar publik waspada dan terhindar dari bencana.

Itulah permintaan maaf dan penejelasan Erma Yulihastin usai membuat heboh dengan prediksi adanya potensi badai dahsyat di Jabodetabek. (Suara.com/ Liberty Jemadu)

Berita Terkait
Berita Terkini

Menyambut tahun 2025, terdapat beberapa kunci tren yang diprediksi akan terus membentuk masa depan biometrik di pasar In...

sains | 15:42 WIB

Tidak hanya direncanakan sebagai objek wisata, air dari Sendang Tirto Wiguno juga akan diolah menjadi air minum bagi war...

sains | 20:58 WIB

Keputih, yang dulunya menjadi tempat pembuangan akhir (TPA) Kota Surabaya, kini telah bertransformasi menjadi kampung la...

sains | 20:50 WIB

Program Kampung Berseri Astra (KBA) telah menjadi harapan baru bagi warga di kawasan 13 Ulu....

sains | 20:42 WIB

Setaman adalah nama singkatan dari Sehat Perkata dan Nayaman....

sains | 16:31 WIB